Assalamuallaikum Wr. Wb.

Ahlan Wa Sahlan....

Blog ini di buat untuk diskusi para generasi-generasi Islam...
terbuka untuk semua orang.
mohon saran & Kritiknya....
Syukron....

<>



Kamis, 08 Juli 2010

SOFTWARE TAJWID


mau belajar tajwid sendiri! ni ada softwarenya gambar plus audio.... insya Allah semakin mudah membaca Al-Qur'an...
klik SOFTWARE TAJWID:
semoga bermanfaat..........

MAKAM PENYEBAR ISLAM DI BARUS (SUMATERA UTARA)


Sebagai pelabuhan niaga samudera, Barus (Lobu Tua) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Bahkan ada juga yang memerkirakan lebih jauh dari itu, sekitar 5000 tahun sebelum Nabi Isa lahir. Perkiraan terakhir itu didasarkan pad a temuan bahan pengawet dari berbagai mummy Fir'aun Mesir kuno yang salah satu bahan pengawetnya menggunakan kamper atau kapur barus. Getah kayu itu yang paling baik kualitasnya kala itu hanya ditemukan di sekitar Barus. Sejarawan di era kemerdekaan, Prof Muhamad Yamin memerkira­kan perdagangan rempah-rempah diantara kamper sudah dilakukan pedagang Nusantara sejak 6000 tahun lalu ke berbagai penjuru dunia. Seorang pengembara Yunani, Claudius Ptolomeus menyebutkan bahwa selain pedagang Yunani, pedagang Venesia, India, Arab, dan juga Tiongkok lalu lalang ke Barus untuk mendapatkan rempah-rempah. Lalu pada arsip tua India, Kathasaritsagara, sekitar tahun 600 M, mencatat perjalanan seorang Brahmana menacari anaknya hingga ke Barus. Brahmana itu mengunjungi Keladvipa (pulau kelapa diduga Sumatera) dengan rute Ketaha (Kedah-Malaysia), menyusuri pantai Barat hingga ke Karpuradvi­pa (Barus).

Pada sekitar tahun 627-643 atau tahun pertama Hijriahki kelompok pedagang Arab memasuki pelabuhan Barus. Diantara mereka tercatat nama Wahab bin Qabishah yang mendarat di Pulau Mursala pad a 627 M. Ada juga utusan Khulafaur Rasyidin bernama Syekh Ismail yang singgah di Barus sekitar tahun 634. Sejak itu, bangsa Arab (Islam) mendirikan koloni di Barus. Bangsa Arab menamakan Barus dengan sebutan Fansur atau Fansuri, misalnya oleh penulis Sulaiman pada 851 M dalam bukunya Silsilatus Tawarikh. Berikutnya Dinasty Syailendra dari Champa (Muangthai) menaklukkan empirium Barus sekitar 850 M dan menamakan koloni itu seabagai Kalasapura. Setelah penaklukan itu, di kota pelabuhan itu berdiri koloni yang terdiri dari berbagai bangsa terpisah dari penduduk asli. Seabad setelah itu, bangsa Eropa menemukan Barus. Penjelajah terkenal Marcopolo menjejakkan kakinya di bandar perniagaan itu pada 1292 M. Sedangkan sejarawan muslim ternama, Ibnu Batutah, mengunjungi Barus pada 1345 M. Berikutnya pelaut Portugis berdagang di kota ini pad a 1469 M. Sedangkan pedagang dari berbagai belahan dunia lain menyinggahi Barus, tercatat dari Srilanka, Yaman, Persia, Inggeris, dan Spanyol.

Emporium Sarus
Banyak sejarawan muslim mengaku arti penting pantai Barat Pulau Sumatera sebagai salah satu daerah awal masuknya Islam ke Nusantara. Namun belum ada kesepakatan dintara mereka, apakah Barus merupakan lokasi pertama masuknya Islam. Pandangan itu setidaknya mengemuka dalam Seminar I "Masuknya Islam di Nusantara" yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963. Dalam seminar itu, seorang sejarawan lokal, bernama Dada Meuraksa berkeyakinan Islam masuk ke Barus pad a tahun I Hujriah, berdasarkan penemuan batu nisan Syekh Rukunuddin di komplek pemakaman mahligai.

Batu nisan itu menginformasikan bahwa Syekh Rukunuddin wafat dalam usia 100 tahun, 2 bulan, dan 22 hari pad a tahun hamim atau hijaratun Nabi. Meuraksa menerjemahkan ha - mim itu 8-40 yang kemudian dijumlahkan menjadi 48 H. Perhitungan itu ber­dasarkan Ilmu Falak dari kitab Tajut Mutuk. Namun pada seminar itu pandangan Meuraksa disangkal ulama terkenal Sumut saat itu, ustadz HM Arsyad Thalib Lubis. Menurut ulama pendiri AI Jam'iyatul Washliyah ini, bukti nisan tidak dapat dijadikan dasar penentuan. Perbedaan itu terus berlangsung hingga belasan tahun kemudian. Baru pada 1978 sejumlah arkeolog dipirnpin Prof DR Hasan Muarif Ambary melakukan penelitian terhadap berbagai nisan makam yang ada di sekitar daerah Barus. Pada penelitian terhadap nisan Syekh Rukunuddin, arkeolog dari Universitas Airlangga Surabaya itu meyakini Islam sudah masuk sejak tahun I Hijriah. Hal itu berdasarkan pada perhitungan yang menguatkan pendapat pertama oleh sejarawan local Dada Meuraksa yang didukung sejumlah sejarawan lainnya.

Perhitungan masuknya Islam di Barus itu didukung pula dengan temuan 44 batu nisan penyebar Islam di sekitar Barus yang bertuliskan aksara Arab dan Persia. Misalnya batu nisan Syekh Mahmud di Papan Tinggi. Makam dengan ketinggian 200 meter di atas permukaan laut itu, menurut ustadz Djamaluddin Batubara, hingga kini masih ada, namun ada yang belum bisa diterjemahkan, Hal itu disebabkan tulisannya merupakan aksara Persia kuno yang bercampur dengan huruf Arab. Ustadz Djamaluddin Batubara memiliki teori lain tentang keberadaan makam Syekh Mahmud yang letaknya terpencil di ketinggian bukit Papan Tinggi, Menurutnya, Syekh Mahmud berasal dari Hadramaut, Yaman, dan diperkirakan datang lebih awal dari Syekh Rukunuddin, yakni pada era 10 tahun pertama dakwah rasulullah Muhammad SAW di Mekkah, Masa kedatangan ulama, yang diduga masih kerabat dan sahabat nabi itu, membawa ajaran Islam Tauhid tanpa Syariat, "Itu sebabnya di makam itu belum ada penanggalan, melainkan sabda nabi SAW yang bermakna tauhid," jelas ustadz Djamaluddin. Selain itu, ketinggian makam itu disbanding 43 makam lain menjadi alasan terdahulunya kedatangan Syekh Mahmud ketimbang penyebar Islam lainnya.

Dijelaskan oleh ustadz lulusan Pondok Pesantren Purba Baru ini, Syekh Mahmud adalah merupakan penyebar Islam pertama di Barus, sedangkan 43 ulama lainnya merupakan pengikut dan murid-muridnya. Ke 43 makam ulama penyebar Islam itu diantaranya, makam Syekh Rukunuddin, Tuanku Batu Badan, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ahmad Khatib Sidik, dan makam Imam Mua'azhansyah. Selanjutnya makam Imam Chatib Miktibai, Tuanku Pinago, Tuanku Sultan Ibrahim bin Tuanku Sultan Muhammadsyah Chaniago, dan makam Tuanku Digaung.

Dikatakan oleh ustadz Djamaluddin, keberadaan Islam di Barus berhubungan langsung dengan Islam di Aceh. Beberapa arsip kuno menunjukkan adanya tiga ulama Islam yang menghubungkan Barus dan Aceh. Misalnya, keberadaan ulama terkenal Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Syamsuddin as Sumatrani, paham paham keagamaan mereka berseberangan dengan Syekh Abdul Rauf Singkil. Diyakini banyak sejarawan Islam, kedua ulama terdahulu ber­mukim dan menyebarkan pahamnya di Barus setelah paham Wujudiah mereka mendapat serangan dari Syekh Abdul Rauf Singkil dan tidak diakui di Kerajaan Islam Samudera Pasai, Aceh.

Menurut ustadz Djamaluddin Batubara, etnik Batak dikenal sangat teguh memegang ad at istiadat melebihi apapun. Sedangkan adat istiadat mereka pegang diperkuat dengan ajaran lokal Parmalim atau Sipetebegu. Namun patut dicatat, awalnya masuknya Islam dimasa Syekh Mahmud dan 43 ulama lainnya, diperkirakan tidak ada penolakan, malah terjadi sinkretisisme simbolik. Baru pada periode kedua masuknya Islam sekitar abad 17 M, ajaran itu ditolak, karena berlawanan dengan adat kebiasaan masyarakat setempat, "Jelasnya, ketika Islam tauhid atau sufistik datang, tak ada penolakan. Baru ketika Islam syariat datang masyarakat menolak," tegas Djamaluddin.

Senin, 30 November 2009

Dengan Ilmu di Dunia dan Akherat akan bahagia

Barang siapa menghendaki kesejahteraan hidup di dunia, maka hendaklah ditempuh dengan ilmu. dan barang siapa menghendaki kebahagiaan hidup di akherat hendaklah ditempuh dengan ilmu. dan barang siapa yang menghendaki kedua-duanya maka hendaklah dengan ilmu......(Nabi SAW)

Minggu, 29 November 2009

Lambang Moslem Generation


Sebuah lambang dari MOSLEM GENERATION (Generasi muslim) : Tulisan Ukhuwah Islamiyah yang membentuk bintang merupakan makna dari jalinan Silaturahim yaitu hubungan antara sesama saudara muslim yang saling terkait membentuk keindahan-keindahan dengan beragam warna sebagai arti bermacam-macam orang, tidak adanya perbedaan dalam Islam.

Sedangkan Tulisan MOSLEM GENERATION sendiri mempunyai arti yang berbeda, dengan membentuk setengah lingkaran seperti bentuk bulan sabit mempunyai makna kebangkitan generasi-generasi Islam menuju kemenangan. Dengan di sinari cahaya bulan berarti didukung dengan sepenuhnya demi Perjuangan-perjuangan Islam.

Gambar kubah berjumlah tiga buah atau ganjil mempunyai makna kubah sebagai pilar penyangga untuk tempat bertumpu generasi-generasi islam yang ingin merasakan kebangkitan islam. Dipilihnya Lambang kubah karena merupakan salah satu bagian dari Masjid, Sedangkan Masjid merupakan Rumah ALLAH SWT dan Masjid merupakan Pusat Da’wah dari zaman Rasulullah SAW hingga Sekarang.

Warna Dominan yang terlihat dari Lambang tersebut adalah warna Hijau, sebagai warna kebanggaan kaum Muslimin di seluruh Dunia.

Insya Allah semoga Arti atau Makna dari lambang tersebut bisa terwujud demi Tegaknya agama ALLAH SWT yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Amiiin Ya Robbal Alamin…..


<>


Rabu, 18 November 2009

Photo & Logo



MABUK DALAM CINTA

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."

Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."

Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia. 2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :

1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.

2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.

3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.

4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.

5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."

Bidadari untuk Umar r.a.

Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika'bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang waro', ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah SAW, "wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya". Rasulullah SAW menjawab, "sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur'an yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur'an lainnya.

Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, "wahai Jibril AS bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril AS menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".